KEBENARAN
APA ITU KEBENARAN ?
Dalam
kehidupan sehari-hari sering kita mendengarkan ungkapan: “meskipun kebenaran
itu mahal harganya saya akan tetap menegakkannya”. “Saya rela mati untuk
membela kebenaran”
Pernyataan
tersebut menyiratkan bahwa kebenaran itu sangatlah penting dan berharga bagi
kita.
PENGERTIAN KEBENARAN
kebenaran sebagai sifat pengetahuan
yang disebut kebenaran epistemologis. Lawan dari kebenaran yaitu salah.
kebenaran secara umum yaitu
kesesuain antar apa yang dipikirkan dan atau dinyatakan dengan kenyataan yang
sesungguh nya. Jadi suatu pengetahuan dinilai kebenerannya jika sesuai dengan
kenyataan.
Kenyataan
menjadi suatu ukuran dalam menentukan penilaian
kata Yunani untuk kebenaran yaitu
aletheia
Menurut
Plato bahwa selama kita terikat pada “yang ada” dan tidak masuk pada “adanya
dari yang ada”, kita belum berjumpa dengan kebenaran, karena “adanya” itu masih
tersembunyi.
Baru
ketika selubung yang menutupi itu “semua yang ada” itu disingkapkan sehingga
terlihat oleh mata batin kita, maka terbukalah “adanya” atau bertemulah kita
dengan kebenaran
Kebenaran
dalam konsep Plato dimengerti sebagai terletak pada obyek yang diketahui, atau
pada apa yang dikejar untuk diketahui.
Menurut
Plato bahwa kebenaran sebagai ketidaktersembunyiaan adanya itu tidak dapat
dicapai manusia selama hidupnya di dunia ini.
Menurut Aristoteles kebenaran
terletak pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subjek penahu ketika dirinya
menegaskan suatu putusan entah secara afirmatif atau negatif. Dalam hal ini
kebenaran dimengerti sebagai kesesuaian antara subjek si penahu dan objek yang
diketahui.
Menurut kaum positivisme logis
kebenaran terbagi menjadi dua jenis:
- Kebenaran faktual : kebenaran tentang ada tidaknya secara faktual didunia nyata sebagaimana dialami manusia secara inderawi. Suatu kebenaran tidak mutlak tapi tetap diterima sejauh belum ada altermatif pandangan lain yang menggurkannya.
- Kebenaran nalar : kebenaran bersifat tautologi ( pengulangan gagasan ) tidak menambah pengetahuan namun membantu kita dalam memperoleh pengetahuan yang benar tentang dunia serta membantu kita untuk memperoleh kebenaran factual
- Kebenaran ontologis : kebenaran yang terdapat dalam kenyataan, entah spritual atau material yang meskipun ada kemungkinan untuk diketahui
- Kebenaran logis : kebenaran yang terdapat dalam akal budi manusia si penahu, dalam bentuk adanya kesesuaian antara akal budi dengan kenyataan.
KEDUDUKAN KEBENARAN
• Kedudukan
kebenaran pengetahuan dalam pandangan Platonis lebih diletakkan dalam
obyek atau kenyataan yang diketahui. sedangkan Aristotelian dalam subyek yang mengetahui.
• Kedudukan
kebenaran dalam tradisi Aristotelian lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
• Dalam
kenyataan hidup sehari-hari pernyataan-pernyataan yang dianggap benar walaupun
memang menjadi tempat kedudukan kebenaran, namun hal itu hanya terjadi apabila
kenyataan yang sesungguhnya tersingkap di dalamnya.
• Kaum
Eksistensial menyatakan bahwa kebenaran (kebenaran
eksistensial) merupakan apa yang secara pribadi berharga bagi subyek konkrit
yang bersangkutan dan pantas untuk dipegang teguh dengan penuh kesetiaan.
• Kalau
kebenaran ilmiah bersifat eksternal terhadap subyek, maka
kebenaran eksistensial bersifat internal terhadap subyek.
• Dalam
arti si subyek secara langsung terlibat dalam perkara yang dinilai atau dipertaruhkan.
• Kebenaran
pada akhirnya berada dalam relasi antara subyek yang mengetahui dan obyek yang
diketahui.
• Bagi
manusia sebagai mahkluk yang terbatas, kebenaran sebagai ketersingkapnya
kenyataan sebagaimana adanya. Dan, itu ternyata tidak dapat disaksikan secara
sekaligus dan menyeluruh.
KESAHIHAN DAN KEKELIRUAN
Kekeliruan perlu dibedakan dengan
kesahihan.
Pada umunya kekeliruan berati
menerima sebagai benar apa yang dinyatakan salah atau menyangkal apa yang
senyatanya benar.
Kekeliruan adalah segala sesuatu
yang menyangkut tindakan kognitif subyek penahu, sedangkan kesalahan adalah
hasil dari tindakan tersebut.
Kekeliruan muncul akibat kegagalan
dalam mengidentifikasi bukti yang tepat, menganggap bukti sudah mencukupi
padahal belum atau sebaliknya menganggap bukti belum cukup padahal sudah.
Kekeliruan dapat dikarenakan gegabah
dalam menegaskan putusan tentang suatu perkara.
Faktor yang dapat memungkinkan
terjadinya kekeliruan misalnya kompleksitas atau kekaburan perkara yang
menjadi persoalan.
FAKTOR KEKELIRUAN
- Sikap terburu-buru dan kurang perhatian dalam salah satu tahap atau keseluruhan proses kegiatan mengetahui
- Sikap takut salah yang keterlaluan atau sebaliknya sikap terlalu gegabah dalam melangkah. Sikap yang pertama menyebabkan orang menganggap belum cukup bukti untuk dapat menerima kebenaran padahal sebenarnya sudah cukup, sedangkan sikap yang kedua terlalu cepatr merasa cukup menegfaskan benar atau salah, padahal belum cukup bukti.
- Kerancuan atau kebingungan akibat emosi, frustasi, perasaan yang entah mengganggu konsentrasi atau membuat kurang terbuka terhadap bukti-bukti yang tersedia
- Prasangka dan bias-bias, baik individu maupun sosial.
- Keliru dalam penalaran atau tidak mematuhi aturan-aturan logia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar